info berita - Hari ini, Korea Utara dan Korea Selatan membuat catatan berbeda dalam menandai peringatan setahun pertama pertemuan puncak antara kedua pemimpin negara, yang dilakukan di tengah kebuntuan pembahasan denuklirisasi. Kim Jong-un dan Moon Jae-in mengadakan pertemuan pertama mereka pada 27 April tahun lalu di Zona Demiliterisasi yang membagi Semenanjung Korea, di mana hal itu membuka jalan bagi pertemuan puncak bersejarah antara pemimpin Korea Utata dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Singapura pada bulan Juni. Tetapi satu tahun kemudian, sedikit kemajuan telah dibuat pada isu senjata nuklir Korea Utara. Ditambah lagi, Pyongyang dan Washington gagal mencapai kesepakatan dalam pertemuan puncak kedua mereka di Hanoi, Vietnam, pada bulan Februari.
Moon Jae-in, yang menjadi perantara pertemuan pertama antara Kim Jong-un dan Donald Trump, telah berusaha menyelamatkan diplomasi meskipun Korea Utara sebagian besar tetap tidak responsif. Sejak pertemuan puncak di Hanoi, Korea Utara tidak menghadiri pertemuan mingguan para kepala kantor penghubung bersama mereka di Kaesong, dan belum ikut serta dalam proyek-proyek bersama lainnya. Korea Utara tidak menanggapi undangan Korea Selatan untuk menghadiri upacara peringatan di Panmunjom, tempat Moon dan Kim pertama kali bertukar senyum dan pelukan hangat, tahun lalu.
Sebagai gantinya, Komite Korupsi untuk Reunifikasi Damai Negara, yang menangani hubungan antar-Korea, mendesak Seoul pada hari Sabtu untuk mengambil "langkah-langkah yang lebih aktif" dalam meningkatkan hubungan kedua negara. KTT Kim-Moon setahun lalu telah memulai kembali "detak jam reunifikasi", katanya. Tetapi, AS menekan Korea Selatan untuk mengunci langkah-langkah dalam pendekatan mereka terhadap Korea Utara yang bersenjata nuklir. Tahun lalu, Kim Jong-un dan Moon Jae-in telah bertemu sebanyak tiga kali, termasuk pertemuan dadakan kedua setelah Trump sempat mengancam akan membatalkan KTT Singapura, beberapa pekan sebelum jatuh tempo. Meski begitu, komunikasi antara Seoul dan Pyongyang telah menurun secara signifikan sejak gagalnya kesepakatan dalam KTT Korut-AS di Hanoi.
Sebuah komentar yang ditulis oleh surat kabar konservatif Korea Selatan, Dong-A Ilbo, pada hari Sabtu, mencatat bahwa hubungan antar-Korea telah kembali ke "pola lama" di mana Seoul secara sepihak berusaha melibatkan Pyongyang, meskipun berulang kali dihina oleh tetangganya. "Setahun lalu, pemimpin Korea Utara itu tampak mendengarkan dengan penuh perhatian kata-kata Presiden Moon di jembatan (di Panmunjom), tetapi sekarang dia dengan terang-terangan mengabaikan Selatan," kata surat kabar itu. Dalam pidatonya di hadapan dewan legislatif setempat, di mana menyebut Seoul tidak boleh "berpura-pura sebagai 'mediator' dan 'fasilitator', di antara pembicaraan antara AS dan Korea Utara. Di lain pihak, pada pertemuan puncak pertamanya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pekan ini, Kim Jong-un menuduh AS bertindak dengan "iktikad buruK" di Hanoi. Kim juga memperingatkan bahwa situasi di Semenanjung Korea "mungkin akan kembali ke keadaan semula".
No comments:
Post a Comment