Peserta dengan skor tes optimisme yang tinggi, cenderung tidur selama enam sampai sembilan jam setiap malamnya. Mereka juga lebih kecil kemungkinan terkena insomnia hingga 74 persen. "Hasil dari penelitian ini mengungkapkan hubungan signifikan antara optimisme dan berbagai karakteristik tidur yang dilaporkan secara mandiri, setelah disesuaikan untuk beragam variabel termasuk karakteristik sosiodemografi, kondisi kesehatan, dan gejala depresi," kata Hernandez.
Hernandez mengatakan bahwa kurangnya tidur yang berkualitas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat saat ini. "Kualitas tidur yang buruk dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk risiko obesitas, hipertensi, dan semua penyebab kematian yang lebih tinggi," tambahnya. Maka dari itu, keyakinan tentang hal-hal positif yang akan terjadi di masa depan, menjadi aset psikologis yang penting untuk hidup yang bebas penyakit dan kesehatan yang lebih baik. Hernandez juga mengungkapkan asumsinya mengapa hal ini bisa terjadi. "Orang yang optimistis lebih cenderung terlibat dalam penanganan aktif yang berfokus pad amasalah dan menginterpretasikan peristiwa yang menimbulkan stres, dengan cara yang lebih positif," ungkapnya. Hal itu mengurangi rasa khawatir serta pemikiran yang negatif saat mereka tertidur dan sepanjang siklus aktivitas tersebut.
No comments:
Post a Comment